Monday, April 3, 2017

TEORI IVAN B. PAVLOV



A.    BIOGRAFI IVAN PETROVICH PAVLOV
Ivan Petrovich Pavlov atau yang lebih dikenal dengan nama Ivan Pavlov lahir pada tanggal 14 September 1849 adalah seorang fisiolog dan dokter dari Rusia. Ia dilahirkan di sebuah desa kecil di wilayah Rusia tengah. Ayahnya adalah seorang pendeta dan keluarga Ivan berharap agar ia menjadi pendeta pula sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi. Setelah membaca teori Charles Darwin, ia menyadari bahwa minatnya lebih banyak untuk penelitian ilmiah sehingga ia meninggalkan Seminari untuk melanjutkan ke Universitas St. Petersburg. Di sana ia belajar tentang kimia dan fisiologi dan menerima gelar doktor pada tahun 1879. Kemudian ia melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dengan topik sistem pencernaan dan peredaran darah. Berkat karya tersebut, ia diangkat sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia.
Reputasi tinggi yang dimiliki oleh Ivan Pavlov bermula dari studinya tentang pencernaan. Seperti Thorndike, ia memandang bahwa ilmuwan wajib untuk mengubah pandangan ketika data mengharuskannya. Ini merupakan karakteristik penting dari pekerjaan ilmiah. Melalui Pavlov, kesadaran akan pentingnya penemuan tidak sengaja atau penemuan aksidental dalam ilmu pngetahuan muncul. Ia meneliti proses pencernaan pada anjing, khususnya hubungan timbal balik antara air ludah dan kinerja perut. Ia sadar kedua hal itu berkaitan erat dengan reflek pada sistem saraf otonom. Tanpa air liur, perut tidak akan membawa pesan untuk memulai pencernaan. Pavlov ingin melihat bahwa rangsangan luar dapat memengaruhi proses ini, maka ia melakukan eksperimen yang melibatkan seekor anjing, bubuk daging, dan metronom. Pavlov membunyikan metronom ketika anjing diberikan makanan. Setelah beberapa saat, anjing itu -- yang hanya mengeluarkan air liur saat mereka melihat dan memakan makanannya -- akan mulai mengeluarkan air liur saat metronom bersuara, bahkan jika tidak ada makanan. Pada 1903 Pavlov menerbitkan hasil eksperimennya yang dinamakan "refleks terkondisi". Pavlov menyebut proses pembelajaran ini (sebagai contoh, saat sistem saraf anjing menghubungkan suara metronom dengan makanan) "pengkondisian" atau yang dikenal saat ini sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning).  Ia juga menemukan bahwa refleks terkondisi akan tertekan bila rangsangan ternyata terlalu sering "salah". Jika metronom bersuara berulang-ulang dan tidak ada makanan, anjing tersebut akan berhenti mengeluarkan air liur.
Pavlov lebih tertarik pada fisiologi ketimbang psikologi. Ia melihat ilmu psikiatri yang masih baru saat itu sedikit meragukan. Namun ia sungguh-sungguh berpikir bahwa refleks terkondisi dapat menjelaskan perilaku orang gila. Sebagai contoh, ia mengusulkan, mereka yang menarik diri dari dunia bisa menghubungkan semua rangsangan dengan luka atau ancaman yang mungkin. Gagasannya memainkan peran besar dalam teori psikologi behaviorisme yang diperkenalkan oleh John B. Watson pada tahun 1920-an.
Pavlov sangat dihormati di negerinya sendiri, baik di Kekaisaran Rusia maupun Uni Soviet dan di seluruh dunia. Pada tahun 1904, ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran dalam penelitiannya tentang pencernaan. Pavlov adalah adalah orang yang terbuka, terang-terangan dan sering berbeda pendapat dengan pemerintah Soviet dalam hidupnya. Namun, adanya reputasi dan kebanggan seluruh penduduk negeri kepadanya membuat ia terjaga dari penganiayaan pihak yang tidak menyukainya. Pavlov aktif bekerja di laboratorium hingga kematiannya di usia 86 tahun pada 27 Februari 1936.
A.    TEORI IVAN PAVLOV
          Telah dicatat oleh Aristoteles jauh 2000 tahun sebelum Pavlov menyatakan bahwa dua sensasi yang berulangkali yang diulang bersamaan akan menjadi sebuah asosiasi. Pavlov menganggap classical learning ke dalam bentuk pembelajaran melalui asosiasi—asosiasi pada saat stimulus yang netral (salah satu yang awalnya tidak mendapatkan respons) dan stimulus yang mendapatkan respons. Pavlov menggunakan alat perlengkapan yang sudah dibangun di laboratoriumnya untuk mengukur kemajuan belajar, dan dia menggunakan makanan sebagai stimulus untuk mendapatkan respons (dari air liur).
Istilah baru yang perlu dipelajari:
1.      Unconditioned Stimulus (stimulus tak bersyarat)
Daging bubuk adalah stimulus tak bersyarat pada percobaan Pavlov . stimulus ini bisa mendatangkan respons pada proses belajar dengan kata lain, respons terhadap Unconditioned Stimulus ini pada dasarnya adalah bawaan lahir.
2.      Conditioned Stimulus (Pengkondisian stimulus)
Metronome awalnya tidak mampu mendapatkan respons dari air liur, tapi itu memperoleh kemampuan respons melalui proses dari pengkondisian klasik. Ini adalah pengkondisian stimulus dari studi Pavlov.
3.      Unconditioning Response (respon tak bersyarat)
Air liur merupakan respon tak bersyarat. Ini bukan merupakan pembelajaran, ini reaksi bawaan dari stimulus tak bersyarat.
4.      Conditioned Response (pengkondisian respon)
Ketika anjing itu mulai berliur pada pengkondisian stimulus, berliur menjadi pengkondisian respon.

A.    PERCOBAAN YANG DILAKUKAN PAVLOV
Classical Conditioning : belajar dengan asosiasi
Kita mulai pembelajaran dari tipe khusus belajar dengan bentuk yang sederhana,  dinamakan classical conditioning. Pembelajaran ilmiah tentang classical conditioning dimulai kira-kira pada saat perubahan abad dengan penemuan yang tak disengaja di laboratorium Leningrad oleh Ivan Pavlov. Pavlov adalah fisiolog asal Rusia yang mempelajari tentang peranan air liur dalam pencernaan pada saat penemuan itu. Tujuannya untuk mempelajari respon refleksif dari kelenjar air liur untuk makanan di mulut, ia sudah melakukan operasi penanaman pipa pada pipi anjing agar air liur tersebut bisa dialirkan dan diukur dengan tepat ketika sedikit makanan dimasukkan ke mulut anjing. Pavlov melihat, bagaimanapun, anjing yang berada di eksperimen selama beberapa hari mulai berliur ketika petugas masuk ruangan dengan membawa makanan sebelum makanan tersebut dimasukkan ke mulut mereka. Pemandangannya (dan mungkin suaranya) dari petugas tersebut sudah sampai mendatangkan (menimbulkan atau menghasilkan) respon refleksif yang semula hanya makanannya yang didatangkan -itulah penemuan yang tidak disengajanya. Dari eksperimen tersebut Pavlov menyadari bahwa respon refleksif terhadap makanan, yang secara biologis “ditransfer ke” sistem saraf, telah datang di bawah kendali arbitrary stimulus melihat petugas.
Menyatakan dengan cara yang berbeda, Pavlov tahu bahwa ia telah menyaksikan bentuk pembelajaran yang didasarkan pada tidak lebih dari asosiasi yang diulang dari dua stimulus. Karena pengalaman anjing terhadap makanan terkait dengan melihat petugas, perilaku anjing tersebut telah berubah -anjing tersebut sekarang berliur kepada stimulus datangnya petugas. Stimulus tersebut menimbulkan tanggapan.
Asosiasi : elemen kunci dalam Classical Conditioning
                      Pavlov menganggap classical conditioning sebagai bentuk pembelajaran melalui asosiasi --asosiasi pada saat stimulus netral (yang awalnya tidak menimbulkan respon) dan stimulus yang menimbulkan respon. Pavlov menggunakan peralatan yang sudah dibangun di laboratoriumnya untuk mengukur kemajuan dari pembelajaran, dan ia menggunakan makanan sebagai stimulus untuk menimbulkan respon (dari berliur).
          Spesifiknya, Pavlov memperkenalkan (sebagai stimulus netral) metronom berbunyi yang mudah didengar oleh anjing. Setelah membuat perhitungan  interval waktu dengan tepat, ia akan meniup sedikit bumbu daging ke mulut anjing untuk menimbulkan liur. Prosedur diulangi setiap 15 menit sekali dan dengan segera anjing mulai berliur ke metronom ketika benda tersebut diberikan. Dengan terus-menerus mengukur jumlah air liur  yang mengalir melalui  pipa pada pipi anjing, kekuatan dari pembelajaran baru telah dimonitori dengan akurat melalui proses classical conditioing.
          Ingatlah bahwa kata kunci dalam classical coditioning adalah “asosiasi pada saat” dari 2 stimulus. Semakin sering metronom dan makanan berasosiasi, semakin sering juga metronom akan menimbulkan air liur. Ketepatan asosiasi pada dua stimulus juga sangat penting. Pavlov menemukan, sebagai contoh, bahwa ia memperoleh hasil terbaik ketika metronom mendahului bubuk makanan dengan selisih setengah detik. Interval waktu yang lebih lama akan mengurangi ke-efektifan, dan hampir tidak ada pembelajaran yang terjadi ketika metronom diperlihatkan pada saat yang bersamaan dengan makanan atau saat makanan diperlihatkan dengan jarak waktu yg sedikit sebelum metronom.
          Demikian, Pavlov mengambil keuntungan dari kesempatan observasi dan memulai pembelajaran sistematik dari salah satu aspek proses pembelajaran. Walaupun pembelajaran sudah dipelajari sebelum Pavlov tetapi eksperimennya sangat berpengaruh karena ke-ekstensifannya dan ketelitiannya. Tetapi boleh jadi dia benar-benar jenius dalm melihat bentuk simpel dari belajar yang memiliki implikasi penting jauh melebihi metronom yang berbunyi dan mengeluarkan air liur anjing.
B.     APLIKASI LANJUTAN DARI PENGKONDISIAN KLASIK
          Extintio (Pelenyapan) adalah praktik klinis berbasis pengkondisian klasik mengasumsikan bahwa karena gangguan perilaku atau kebiasaan buruk adalah hasil dari belajar, maka perilaku itu bisa dibuang atau diganti dengan perilaku yang lebih positif. Misalnya kita ambil contoh merokok dan kecanduan alkohol sebagai perilaku buruk atau kebiasaan buruk. Dalam kasus ini, rasa alkohol atau rokok dapat dianggap sebagai CS dan efek fisiologis dari alkohol atau nikotin adalah US. Setelah beberapa kali penyandingan CS US, merasakan CS saja akan menghasilkan kenikmatan (CR). Salah satu cara yang mungkin bisa menghilangkan kebiasaan ini adalah dengan menghadirkan CS tanpa menghadirkan US dan karenanya menyebabkan pelenyapan.
          Counter conditioning adalah prosedur yang lebih kuat daripada pelenyapan sederhana. Dalam counter condiioning, CS dipasangkan dengan US selain US awal. Misalnya, seseorang diizinkanuntuk merokok atau minum dan kemudian diberi obat yang menimbulkan mual.dengan penyandingan beberapa kali, rasa rokok atau alkohol akan menimbukan rasa mual yang dikondisikan, yang pada gilirannya akan menimbulkan ketidak mauan untuk merokok atau minum.
          Problem utama dalam menangani fobia adalah fakta bahwa individu menghindari pengalaman yang menakutkan karena pelenyapan adalah proses aktif (CS harus dihadirkan dan tidak diikuti dengan US), usaha menghindari stimuli yang menimbulkan rasa takut justru akan mencegah adanya pelenyapan. Jika, misalnya seseorang punya fobia terhadap anjing, orang itu tidak pernah dekat-dekat dengan anjing dalam waktu lama untuk belajar apakah dekat dengan anjing itu aman atau tidak. Rimm dan Masters (1979) melaporkan bahwa flooding adalah cara yang relatif cepat untuk mengeliminasi fobia tetapi ia hasilnya bervariasi. Dengan prosedur flooding, beberapa individu mengalami kemajuan tetapi beberapa di individu lain malah tambah parah fobianya.
          Salah satu usaha paling menyeluruh untuk mengaplikasikan prinsip pengkondisian klasik ke psikoterapi dilakukan oleh Joseph Wolpe (1958) yang mengembangkan teknik terapi yang disebut sebagai “Systematic Sedentization” (desensifisasi sistematis). Hirarki kecemasan orang ini mungkin seperti ini:
1.      Naik pesawat terbang
2.      Duduk di pesawat yang masih di landasan dengan mesin yang sudah hidup
3.      Duduk di pesawat yang masih di landasan dengan mesin yang sudah mati
4.      Dekat-dekat dengan pesawat
5.      Melihat pesawat dari kejauhan
6.      Berada di bandara
7.      Mendengar suara mesin pesawat
8.      Berbicara tentang situasi di dalam pesawat
9.      Merencanakan perjalanan tanpa menggunakan pesawat
10.  Mendengar rencana orang lain melakukan perjalanan tanpa menggunakan pesawat.
 

Sumber:
Lahey, Benjamin B, Psychology an Introduction, Dubuque: WM. C. Brown Publisher, 1983.