"Assesment (mengukur). Assesment yaitu pengumpulan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asessor" (Nietzel dkk, 1998)
Assesment penting dipelajari karena hasilnya sebagai dasar dalam membuat dinamika psikologis atau menentukan treatment. Assesment/pengukuran kepribadian sebagai salah satu area utama dari aplikasi psikologi dalam dunia nyata. Contoh:
1. Psikologi Klinis
Membedakan antara orang normal dengan orang abnormal dan mencoba mengevaluasi sifat kepribadian kliennya untuk memahami simptom dan perasaannya: menentukan terapi yang baik.
2. Psikologi Pendidikan
Menentukan penyesuaian diri atau kesulitan belajar siswa.
3. Psikologi Industri
Menentukan antara persyaratan dalam menempati posisi tertentu dengan orang yang tepat.
Alat ukur harus memenuhi syarat:
1. Standarisasi
Adanya konsistensi, keseragaman kondisi dan pemberian alat ukur.
2. Reliabilitas
Adanya konsistensi respon subjek terhadap alat ukur (ajeg). Ada 4 cara: test--retest, split half, bentuk paralel dan internal consistency.
3. Validitas
Teknik pengukuran harus benar-benar mengukur apa yang ingin diukur: face v, logical v, content v dan emrical v.
Sumber:
Materi perkuliahan Teori Kepribadian, 7 Februari 2017.
Assalamu'alaikum :) hai, saya yulaikha, ini blog pertama saya yang akan saya gunakan untuk sharing ilmu pada para pembaca, sekaligus untuk catatan saya sendiri. InshaAllah akan saya sertakan sumber yang jelas tentang materi yang akan saya post. Semoga bermanfaat! :) Wassalamu'alaikum
Tuesday, March 14, 2017
Thursday, March 9, 2017
Filsuf Islam
1. Ibnu
Sina
Beliau mengimprementasikan wahyu atau ilham yang
terjadi pada sebagian orang, baik dalam keadaan terjaga ataupun tidur dalam
bentuk mimpi, bahwa ia timbul dari kontak antara jiwa dengan malakut atau
malaikat dan ia menerima wahyu atau ilham darinya.
2. Al-Kindi
Tentang jiwa,
menurut Al-Kindi; tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.
Substansi ruh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan ruh dengan Tuhan sama
dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual,
ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh. Sedangkan jisim mempunyai sifat hawa
nafsu dan pemarah. Antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling
berhubungan dan saling memberi bimbingan. Argumen yang diajukan Al-Kindi
tentang perlainan ruh dari badan ialah ruh menentang keinginan hawa nafsu dan
pemarah. Sudah jelas bahwa yang melarang tidak sama dengan yang dilarang.
Dengan pendapat
Al-Kindi tersebut, ia lebih dekat kepada pemikiran Plato ketimbang pendapat
Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah baharu, karena jiwa
adalah bentuk bagi badan. Bentuk tidak bisa tinggal tanpa materi, keduanya
membentuk kesatuan isensial, dan kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan
jiwa. Sedangkan Plato berpendapat bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan
accidental dan temporer. Binasanya badan tidak mengakibatkan lenyapnya jiwa.
Namun Al-Kindi tidak menyetujui Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari
alam ide. Al-Kindi berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya, yakni: daya
bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Kendatipun bagi Al-Kindi jiwa adalah
qadim, namun keqadimannya berbeda dengan qadimnya Tuhan. Qadimnya jiwa karena
diqadimkan oleh Tuhan.
3. Al-Farabi
Adapun
jiwa, Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus.
Jiwa bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan tidak
berpindah-pindah dari suatu badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad
merupakan kesatuan secara accident, artinya antara keduanya mempunyai substansi
yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasanya jiwa. Jiwa manusia
disebut al-nafs al-nathiqah, yang berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad
berasal dari alam khalq, berbentuk, beruapa, berkadar, dan bergerak. Jiwa
diciptakan tatkala jasad siap menerimanya.
Mengenai
keabadian jiwa, Al-Farabi membedakan antara jiwa kholidah dan jiwa fana. Jiwa
khalidah yaitu jiwa yang mengetahui kebaikan dan berbuat baik, serta dapat
melepaskan diri dari ikatan jasmani. Jiwa ini tidak hancur dengan hancurnya
badan.
4.
Ikhwan Al-Syafa
Menurut Ikhwan
Al-Shafa, daya jiwa vegetatif dimiliki semua makhluk hidup, baik manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan, karena semua makhluk memiliki keinginan untuk makan, tumbuh
dan berkembang biak. Sedangkan daya jiwa binatang hanya dimiliki manusia dan
hewan. Adapun daya jiwa yang ketiga hanya dimiliki oleh manusia yang
menyebabkan mereka bisa berfikir dan berbicara .
Sumber:
Najati, Utsman, 2004, Al-Quran dan Ilmu Jiwa, Bandung:
Penerbit Pustaka.
Setiawan,
Agus., dan Armawan, “Tokoh-tokoh Filsafat dan Pemikirannya”, dalam
https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/,
diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
Qalam, Cahaya, “Pemikiran
Islam Tentang Jiwa dalam Filsafat Islam”, dalam http://abdulrahmansakka.blogspot.co.id/2009/11/pemikiran-islam-tentang-jiwa-dalam_04.html,
diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund
Freud adalah dokter dari Austria yang berpraktek di neurologi, yaitu pengobatan
penyakit dari system gugup. Tidak seperti psikolog awal lain, ia tidak terlatih
seperti filsuf dan tidak memegang jabatan professor yang mengijinkannya
melakukan penelitian.
Sebagai
gantinya, ia bertanggung jawab untuk perawatan sehari-hari dari sejumlah besar
pasien yang mengalami gejala fisik seperti kebutaan, nyeri atau kelumpuhan
tanpa sebab. Selain itu, Freud juga mengatasi pasien yang mengalami fobia.
Karena tidak ada penyakit atau tidak bias menjelaskan kondisi, Freud mengatakan
banyak dari mereka yang mempunyai masalah psikologis. Apalagi jika pasien tidak
menghasilkan gejala mereka sadar, Freud beralasan bahwa penyebab harus
disembunyikan dari kesadaran mereka. Pertama kali Freud menggunakan hipnotis
kemudian dia menggunakan
teknologi unik yang
disebut asosiasi bebas, di mana pasien mengungkapkan pikiran yang datang. Freud
mengejutkan, pasien akhirnya mendeskripsikan
pengalaman “lupa” masa kecil yang menyakitkan dan panjang, dan pengalaman seksual
yang dialami. Setelah
mengingat dan menghidupkan kembali masa kecil yang traumatis yang dialami
pasien, gejalanya
membaik. Fakta ini, mungkin lebih dari apapun, menjelaskan perbedaan besar
antara pandangannya tentang psikologi dan orang-orang pendiri lainnya. Untuk
Freud, topik
yang paling penting di psikologi adalah motivasi abnormal karena dia melihatnya
sebagai penyebab dari masalah psikologis. Mempelajari,
ingatan, pikiran, dan proses lain sangat penting untuk pembinaan psikolog
lainnya yang sedikit menarik Freud.
Selain
itu, Sigmund Freud juga percaya bahwa pengalaman kesadaran itu merupakan hal
yang sepele pentingnya bila dibandingkan
dengan kesadaran pikiran itu bekerja. Freud merasa bahwa akar masalah psikologi
adalah motif.
Terutama seksual dan agresifitas orang. Dia berpendapat bahwa manusia mempunyai
kekuatan seksual dan agresif sejak lahir dan bahwa karena keinginan tersebut
dihukum di masa kanak-kanak, kita merasa takut kepada mereka dan menjadi cemas
ketika kita menyadari kehadiran mereka. Hal ini membawa kita mengembangkan
mekanisme pertahanan, yang teknik-teknik psikologis yang membantu kita
mengatasi kecemasan dan rasa sakit atas pengalaman traumatis. Berada pada
fikiran yang tidak kita sadari, dan percaya bahwa motif
ketidaksadaran dan kontak yang ada di sekitar mereka, mempengaruhi perilaku
kita meskipun kita tidak menyadari keberadaan mereka. Mereka adalah manifestasi
yang menyamar dengan
cara menjadi tanda
di dalam mimpi, lidah yang tergelincir (slip
tongue) dan kadang masalah psikologis.
Freud
melakukan percobaan untuk menolong orang-orang dengan masalah psikologis
melalui proses psikoanalis. Ia percaya bahwa kesadaran pikiran akan menjaga
dari ketidak sadaran. Terkadang sensor kesadaran dapat dipelajari dengan motif ketidaksadaran
dan memelajari konflik
dengan memahami orang berbicara lepas. Freud berharap informasi yang cukup itu
tentang ketidak sadaran dapat memasukkan ke dalam kesadaran untuk para terapi
untuk menginterpretasikan masalah seseorang .
Melalui metode ini, Freud berharap orang akan bisa menggunakan powernya
untuk menangani motif yang kuat dan
menyelesaikan konflik.
Teori
Freud menjadi penangkal petir untuk kontoversi. Beberapa pengikutnya sendiri
sangat tidak setuju dengan aspek teori, terutama penekanan berat pada
seksualitas masa kanak-kanak. Psikolog lain sulit untuk menguji dilihat dari
teorinya. Memang Freud menentang penelitian laboratorium pada teori
psikoanalisis, lebih percaya bahwa observasi klinis lebih valid. Namun
demikian, Freud tidak merangsang penelitian tentang topik-topik
seperti memori mimpi, agresi, dan gangguan mental. Sebuah tinjauan menunjukkan
lebih dari 3000 studi ilmiah meneliti ide-ide Freud dan menemukan dukungan untuk
beberapa aspek dari teorinya
(Fisher & Greenberg, 1996). Tetapi bahkan di mana
teori Freud tidak didukung, penelitian itu terinspirasi menyebabkan penemuan
penting. Selain itu, karya Freud selamanya memperluas wajah psikologi untuk
menyertakan pembelajaran dan pengobatan dari gangguan psikologis.
Sumber
:
Lahey,
Benjamin B, 1983, Psychology an Introduction, Dubuque:
WM. C. Brown Publisher.
Passer,
Michael W, 2001, Psychology The Science of Mind and Behavior, Avenue: McGraw-Hill Higher Education.
Subscribe to:
Posts (Atom)