Tuesday, March 14, 2017

Teori Kepribadian: Assesmen

"Assesment (mengukur). Assesment yaitu pengumpulan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asessor" (Nietzel dkk, 1998)

Assesment penting dipelajari karena hasilnya sebagai dasar dalam membuat dinamika psikologis atau menentukan treatment. Assesment/pengukuran kepribadian sebagai salah satu area utama dari aplikasi psikologi dalam dunia nyata. Contoh:
1. Psikologi Klinis
Membedakan antara orang normal dengan orang abnormal dan mencoba mengevaluasi sifat kepribadian kliennya untuk  memahami simptom dan perasaannya: menentukan terapi yang baik.
2. Psikologi Pendidikan
Menentukan penyesuaian diri atau kesulitan belajar siswa.
3. Psikologi Industri
Menentukan antara persyaratan dalam menempati posisi tertentu dengan orang yang tepat.

Alat ukur harus memenuhi syarat:
1. Standarisasi
Adanya konsistensi, keseragaman kondisi dan pemberian alat ukur.
2. Reliabilitas
Adanya konsistensi respon subjek terhadap alat ukur (ajeg). Ada 4 cara: test--retest, split half, bentuk paralel dan internal consistency.
3. Validitas
Teknik pengukuran harus benar-benar mengukur apa yang ingin diukur: face v, logical v, content v dan emrical v.



Sumber:
Materi perkuliahan Teori Kepribadian, 7 Februari 2017.

Thursday, March 9, 2017

Filsuf Islam



1.      Ibnu Sina
Beliau mengimprementasikan wahyu atau ilham yang terjadi pada sebagian orang, baik dalam keadaan terjaga ataupun tidur dalam bentuk mimpi, bahwa ia timbul dari kontak antara jiwa dengan malakut atau malaikat dan ia menerima wahyu atau ilham darinya.
2.      Al-Kindi
Tentang jiwa, menurut Al-Kindi; tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi ruh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan ruh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh. Sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah. Antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling berhubungan dan saling memberi bimbingan. Argumen yang diajukan Al-Kindi tentang perlainan ruh dari badan ialah ruh menentang keinginan hawa nafsu dan pemarah. Sudah jelas bahwa yang melarang tidak sama dengan yang dilarang.
Dengan pendapat Al-Kindi tersebut, ia lebih dekat kepada pemikiran Plato ketimbang pendapat Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah baharu, karena jiwa adalah bentuk bagi badan. Bentuk tidak bisa tinggal tanpa materi, keduanya membentuk kesatuan isensial, dan kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato berpendapat bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan accidental dan temporer. Binasanya badan tidak mengakibatkan lenyapnya jiwa. Namun Al-Kindi tidak menyetujui Plato yang mengatakan bahwa jiwa berasal dari alam ide. Al-Kindi berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya, yakni: daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Kendatipun bagi Al-Kindi jiwa adalah qadim, namun keqadimannya berbeda dengan qadimnya Tuhan. Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh Tuhan.
3.      Al-Farabi
Adapun  jiwa, Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus. Jiwa bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad merupakan kesatuan secara accident, artinya antara keduanya mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasanya jiwa. Jiwa manusia disebut al-nafs al-nathiqah, yang berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berbentuk, beruapa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya.
Mengenai keabadian jiwa, Al-Farabi membedakan antara jiwa kholidah dan jiwa fana. Jiwa khalidah yaitu jiwa yang mengetahui kebaikan dan berbuat baik, serta dapat melepaskan diri dari ikatan jasmani. Jiwa ini tidak hancur dengan hancurnya badan.
4.      Ikhwan Al-Syafa
Menurut Ikhwan Al-Shafa, daya jiwa vegetatif dimiliki semua makhluk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, karena semua makhluk memiliki keinginan untuk makan, tumbuh dan berkembang biak. Sedangkan daya jiwa binatang hanya dimiliki manusia dan hewan. Adapun daya jiwa yang ketiga hanya dimiliki oleh manusia yang menyebabkan mereka bisa berfikir dan berbicara .



Sumber:
Najati, Utsman, 2004, Al-Quran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Penerbit Pustaka.

Setiawan, Agus., dan Armawan, “Tokoh-tokoh Filsafat dan Pemikirannya”, dalam https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.
Qalam, Cahaya, “Pemikiran Islam Tentang Jiwa dalam Filsafat Islam”, dalam http://abdulrahmansakka.blogspot.co.id/2009/11/pemikiran-islam-tentang-jiwa-dalam_04.html, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016.

Psikoanalisis Sigmund Freud



Sigmund Freud adalah dokter dari Austria yang berpraktek di neurologi, yaitu pengobatan penyakit dari system gugup. Tidak seperti psikolog awal lain, ia tidak terlatih seperti filsuf dan tidak memegang jabatan professor yang mengijinkannya melakukan penelitian.
Sebagai gantinya, ia bertanggung jawab untuk perawatan sehari-hari dari sejumlah besar pasien yang mengalami gejala fisik seperti kebutaan, nyeri atau kelumpuhan tanpa sebab. Selain itu, Freud juga mengatasi pasien yang mengalami fobia. Karena tidak ada penyakit atau tidak bias menjelaskan kondisi, Freud mengatakan banyak dari mereka yang mempunyai masalah psikologis. Apalagi jika pasien tidak menghasilkan gejala mereka sadar, Freud beralasan bahwa penyebab harus disembunyikan dari kesadaran mereka. Pertama kali Freud menggunakan hipnotis kemudian dia menggunakan  teknologi unik yang disebut asosiasi bebas, di mana pasien mengungkapkan pikiran yang datang. Freud mengejutkan,  pasien akhirnya mendeskripsikan pengalaman “lupa” masa kecil yang menyakitkan dan panjang, dan pengalaman seksual yang dialami. Setelah mengingat dan menghidupkan kembali masa kecil yang traumatis yang dialami pasien, gejalanya membaik. Fakta ini, mungkin lebih dari apapun, menjelaskan perbedaan besar antara pandangannya tentang psikologi dan orang-orang pendiri lainnya. Untuk Freud, topik yang paling penting di psikologi adalah motivasi abnormal karena dia melihatnya sebagai penyebab dari masalah psikologis. Mempelajari, ingatan, pikiran, dan proses lain sangat penting untuk pembinaan psikolog lainnya yang sedikit menarik Freud.
Selain itu, Sigmund Freud juga percaya bahwa pengalaman kesadaran itu merupakan hal yang sepele pentingnya  bila dibandingkan dengan kesadaran pikiran itu bekerja. Freud merasa bahwa akar masalah psikologi adalah motif. Terutama seksual dan agresifitas orang.  Dia berpendapat bahwa manusia mempunyai kekuatan seksual dan agresif sejak lahir dan bahwa karena keinginan tersebut dihukum di masa kanak-kanak, kita merasa takut kepada mereka dan menjadi cemas ketika kita menyadari kehadiran mereka. Hal ini membawa kita mengembangkan mekanisme pertahanan, yang teknik-teknik psikologis yang membantu kita mengatasi kecemasan dan rasa sakit atas pengalaman traumatis. Berada pada fikiran yang tidak kita sadari, dan percaya bahwa motif ketidaksadaran dan kontak yang ada di sekitar mereka, mempengaruhi perilaku kita meskipun kita tidak menyadari keberadaan mereka. Mereka adalah manifestasi yang menyamar dengan cara menjadi tanda di dalam mimpi, lidah yang tergelincir (slip tongue) dan kadang masalah psikologis.
Freud melakukan percobaan untuk menolong orang-orang dengan masalah psikologis melalui proses psikoanalis. Ia percaya bahwa kesadaran pikiran akan menjaga dari ketidak sadaran. Terkadang sensor kesadaran dapat dipelajari dengan motif ketidaksadaran dan memelajari konflik dengan memahami orang berbicara lepas. Freud berharap informasi yang cukup itu tentang ketidak sadaran dapat memasukkan ke dalam kesadaran untuk para terapi untuk menginterpretasikan masalah seseorang .  Melalui metode ini, Freud berharap orang akan bisa menggunakan powernya untuk  menangani motif yang kuat dan menyelesaikan konflik.
Teori Freud menjadi penangkal petir untuk kontoversi. Beberapa pengikutnya sendiri sangat tidak setuju dengan aspek teori, terutama penekanan berat pada seksualitas masa kanak-kanak. Psikolog lain sulit untuk menguji dilihat dari teorinya. Memang Freud menentang penelitian laboratorium pada teori psikoanalisis, lebih percaya bahwa observasi klinis lebih valid. Namun demikian, Freud tidak merangsang penelitian tentang topik-topik seperti memori mimpi, agresi, dan gangguan mental. Sebuah tinjauan menunjukkan lebih dari 3000 studi ilmiah meneliti ide-ide Freud dan menemukan dukungan untuk beberapa aspek dari teorinya (Fisher & Greenberg, 1996). Tetapi bahkan di mana teori Freud tidak didukung, penelitian itu terinspirasi menyebabkan penemuan penting. Selain itu, karya Freud selamanya memperluas wajah psikologi untuk menyertakan pembelajaran dan pengobatan dari gangguan psikologis.



Sumber :
Lahey, Benjamin B, 1983, Psychology an Introduction, Dubuque: WM. C. Brown Publisher.
Passer, Michael W, 2001, Psychology The Science of Mind and Behavior,  Avenue: McGraw-Hill Higher Education.